Tidur saat Puasa itu Ibadah?


šŸŒ BimbinganIslam.com
Rabu, 07 Ramadhan 1436 H/24 Juni 2015 M
šŸŒ™ Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰


~ APAKAH TIDURNYA ORANG BERPUASA ADALAH IBADAH? ~

Ada sebuah fenomena ganjil ketika bulan Ramadhān datang.

Apa fenomena tersebut?

Yaitu fenomena dimana di siang hari masjid-masjid akan semakin dipenuhi oleh kaum muslimin.

"Lho, masa kayak gitu ganjil, ustadz?"

Ya, karena mereka berada di sebagian masjid bukan untuk membaca Al-Qurān, bukan untuk mengkaji Islam, bukan untuk berdzikir. Namun mereka pergi di siang hari ke mesjid untuk menghabiskan waktu mereka untuk tidur dan berleha-leha.

Inilah fenomena ganjil, di bulan Ramadhān ini, di sebagian kalangan dianggap sebagai bulan yang dipenuhi dengan rasa malas dan kekurang produktivitasan di dalam beramal, yang diiringi dengan ketidakkreatifan di dalam berperilaku dan bekerja.

Dan tentunya, ini adalah sesuatu yang perlu kita perbaiki.

Menarik untuk kita cermati...

Ketika kita membaca sejarah kehidupan Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam, para Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para ulama salaf sesudah mereka, kita cermati ternyata banyak peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhān.

Salah satu peristiwa tersebut adalah sebuah peperangan yang agung dan begitu dahsyat antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin, yang terjadi pada tahun 2 H yaitu Peperangan Badr.

Sebuah peperangan antara 2 jumlah pasukan yang perbedaannya sangat mencolok. Kaum muslimin hanya berjumlah tiga ratus sekian belas orang sedangkan kaum musyrikin tiga kali lipat jumlahnya, seribu orang.

Tapi lihat bagaimana kaum muslimin, mereka berhasil untuk meluluh lantakkan pasukan kaum musyrikin, padahal mereka saat itu sedang berpuasa Ramadhān.

Yang lainnya, masih juga peperangan, yang terjadi pada tahun 8 H, ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berhasil menaklukkan kota Mekkah. Saat itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam membawa sepuluh ribu pasukan. Untuk menaklukkan kota Mekkah Beliau beserta juga kaum muslimin berhasil menaklukkannya dengan sangat mudah dan juga bertepatan pada bulan Ramadhān.

Bukan hanya pada zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam saja, para Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun memiliki style/tipe yang sama dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, orang yang memanfaatkan waktu Ramadhān untuk berkarya, untuk berjuang.

Sebagai satu contoh, sebuah kejadian pada tahun 15 H, sebuah peperangan yang bernama Al-Qadisiyyah, dimana kaum muslimin berhasil menaklukkan orang-orang Majusi di dataran Persia yang saat ini berdiri negara Iran, Afghanistan dan yang semisalnya. Pada tahun tersebut, kaum muslimin berhasil menaklukkan orang-orang Majusi, sebuah peperangan besar.

Masih dilanjutkan pada tahun 92 H, terjadi sebuah peperangan dimana Islam berhasil menaklukkan Spanyol dibawah pimpinan Thāriq Ibnu Ziyād, seorang panglima besar kaum muslimin, dan juga Mūsa Ibnu Nushair, itu terjadi pada bulan Ramadhān.

Itulah peristiwa-peristiwa besar yang sangat menentukan, yang terjadi pada bulan Ramadhān.

Ini menunjukkan apa?

Menunjukkan bahwa pada bulan Ramadhān, kaum muslimin seharusnya mereka berkarya, seharusnya mereka berjuang, seharusnya mereka produktif menghasilkan hal-hal yang positif.
Jangan sampai bulan Ramadhān itu berubah menjadi bulan yang berisi kemalasan, hanya untuk tidur-tiduran dan berleha-leha saja, jangan!

"Ustadz, tidur itu kan ibadah ustadz, kok orang lagi ibadah tidak boleh? Sebagaimana jihad kita ibadah, tidur juga ibadah."

Masalahnya banyak orang termakan dalam ungkapan "Tidurnya orang puasa adalah ibadah."

Amat disayangkan, ungkapan ini selalu diulang-ulang di bulan Ramadhān terutama oleh para khatib, para da'i, para muballigh. Dan kaum muslimin menerima begitu saja tanpa meneliti apakah ungkapan itu betul atau tidak.

Ketika mengkaji perkataan para ulama, ternyata kita dapatkan bahwa ungkapan tersebut merupakan suatu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imām Al-Bayhaqi dalam kitabnya Al-Jāmi' Syu'abul ÄŖmān No. 3653

Ł†ŁˆŁ… Ų§Ł„ŲµŲ§Ų¦Ł… Ų¹ŲØŲ§ŲÆŲ©

"Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah."

Ketika kita mendengar ini, kita perlu bertanya apakah betul itu hadits? Dan kalaupun itu hadits, apakah haditsnya shahīh atau tidak?

Ternyata para ulama kita telah menjelaskan bahwa hadits ini salah satu yang meriwayatkan haditsnya (biasa disebut dengan perawi hadits) adalah seorang yang bernama Sulaiman Ibnu Amr An-Nakha'i, dia dikatakan oleh para ulama sebagai orang yang suka memalsukan hadits.

Yang mengatakan itu adalah para ulama kita, ulama pakar hadits sekaliber Imām Ahmad bin Hanbal rahimahullāh, beliau berkata bahwa Sulaiman bin Amr ini suka memalsukan hadits.

Dan yang mengatakan itu bukan hanya Imām Ahmad, Imām Yahya Ibn Ma'in juga mengatakan hal serupa: "Sudah dikenal reputasinya suka memalsukan hadits."

Apakah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang seperti ini kondisinya akan kita terima? Tentu tidak.

Dan ulama yang mengatakan itu banyak, bukan hanya Imām Ahmad bin Hanbal saja dan Imām Yahya Ihnu Ma'in, tapi Imam Ibnu 'Adi, Imām Ibnu Hibban dan masih banyak ulama lainnya.

Makanya, dari sinilah kita memahami kenapa para ulama menilai hadits ini adalah sebuah hadits yang dha'īf, diantaranya dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh dalam kitabnya Silsilah Al-Ahādits Adh-Dha'īfah wal Maudhū'ah, beliau mengatakan bahwa hadits itu adalah hadits yang dha'īf.

Maka itulah akibat menerima sebuah ungkapan tanpa mengklarifikasi, tanpa mencari, tanpa berusaha mengkoreksi apakah hadits itu hadits yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.

Karena membaca hadits yang dha'īf, akhirnya kaum Muslimin terprovokasi untuk bersikap malas dalam bulan Ramadhān, yang ini tentu tidak sesuai dengan rekam jejak Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, para Shahābat dan juga para ulama.

Mari kita untuk mengisi bulan Ramadhān ini dengan semangat yang tinggi dan juga produktivitas dalam beramal serta mengisinya dengan sesuatu yang bersifat positif.

šŸ‘¤ Ust. 'Abdullāh Zaen, MA
šŸ“ŗ Sumber: https://youtu.be/U3DNw7mjUHE
___________________________
šŸƒ Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

šŸ“¦ Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).